Media Indonesia 28 Maret 2010 : SEMUA DARI LANGKAH KECIL

Kamis, 01 April 2010

Semua dari Langkah Kecil

Bumi terancam dengan adanya perubahan iklim. Kebijakan energi dunia dan gaya hidup yang tidak ramah lingkungan menjadi salah satu penyebabnya. Mari berubah.

KEMARIN lebih dari 1.800 kota di dunia sukarela temaram dalam satu jam. Mereka bergabung dalam aksi global Earth Hour, yakni memadamkan lampu pukul 20.30-21.30.

Jakarta ambil bagian untuk kedua kali. Adapun Yogyakarta baru bergabung, sedangkan Surabaya, Bandung, dan Denpasar diwakili oleh beberapa komunitas masyarakat.

Tujuan dari aksi itu untuk mengingatkan penduduk dunia akan bahaya emisi karbondioksida dan semakin menipisnya bahan bakar fosil yang terus-menerus dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan energi.

Paradigma energi dunia saat ini dianggap sebagai biang dari pemanasan global dan perubahan iklim yang membunuh lingkungan.

Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia Fitrian Adriansyah mengatakan sampai seminggu menjelang Earth Hour sebanyak 200 ribu orang di Indonesia terdata berkomitmen mendukung. "Ini sekitar dua sampai tiga kali lebih banyak daripada tahun lalu," katanya.

Tahun lalu ratusan juta orang di lebih dari 4.000 kota di 88 negara di seluruh dunia mematikan lampu demi mendukung Earth Hour.

Dengan jumlah pendukung yang berlipat, Fitrian berharap penghematan listrik akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan 2009 yakni 180 Mw. WWF merupakan organisasi lingkungan yang menginisiasi Earth Hour. Gerakan moral satu jam dalam setahun memang tidak cukup menanggulangi perubahan iklim. "Namun satu jam bisa menjadi awal gerakan moral untuk perubahan besar."

Perubahan memang tidak mustahil.
Bermacam kalangan telah membuat langkah-langkah kecil berhemat energi. Model dan pemain sinetron Davina Veronica misalnya telah setahun lebih tidak menggunakan kantong plastik.

Pemanfaatan plastik yang sudah menjadi gaya hidup tanpa disadari berdampak luar biasa dan membutuhkan energi besar untuk memusnahkannya. Di Jakarta saja, sampah plastik yang mencapai 15% dari total limbah kota, telah mencemari tanah dan menyumbat saluran-saluran air.

Selain soal pencemaran, ada alasan penting untuk menolak plastik. "Ini kan mudah dan sederhana. Semua orang bisa melakukannya untuk mengurangi limbah plastik yang membutuhkan energi besar untuk menghancurkannya, " ujar Duta Kehormatan WWF ini, yang selalu membawa lima sampai enam tas kain ke mana pun.

Lain halnya dengan Nugie yang memilih bersepeda dari pada berkendara mesin. Penyanyi yang kini drummer band The Dance Company itu mengatakan kereta anginnya bukan saja transportasi akhir pekan. "Selama bisa, saya akan memilih naik sepeda daripada mobil," katanya.Bayangkan jika jutaan orang punya pemikiran seperti Nugie. Tentu emisi karbon berkurang drastis. Langkah komunal Kesadaran terhadap pentingnya pemanfaatan energi yang ramah lingkungan rupanya sudah mulai masuk ke ranah komunitas. Di Universitas Indonesia (UI), sejak seminggu lalu, saban sore ada sekelompok mahasiswa yang mengais tempat sampah.

Mereka bukan membagi waktu sebagai pemulung. "Sampah ini kami pilah untuk didaur ulang," kata Yudithia , Ketua Green Community Universitas Indonesia (GCUI), salah satu komunitas pendukung Earth Hour.

Selain mengampanyekan pemadaman lampu pada 27 Maret kepada 12 RW di sekitar kampus, GCUI punya cara tersendiri berhemat energi. Pemilahan sampah itu bagian dari proyek besar mereka bekerja sama dengan rektorat untuk membuat pengolahan sampah terpadu di kampus.

Sampah basah dan kertas akan didaur ulang. Bahan anorganik seperti kaleng diserahkan ke pemulung.

GCUI, yang merupakan gabungan dari komunitas-komunitas lingkungan yang ada di UI, juga sudah menerapkan gaya hidup hijau baik personal maupun dalam kegiatan organisasi.

"Kertas bekas print atau fotokopi anak-anak yang sudah enggak kepake, baliknya kami gunakan untuk media publikasi, poster, dan lain-lain," kata mahasiswa Teknik Lingkungan ini. GCUI juga memiliki semacam kode etik hijau bagi anggotanya. Membuang sampah sembarangan adalah haram hukumnya bagi 150 orang anggotanya. Mereka yang kedapatan melanggar akan disidangkan.

Komunitas Parkour Indonesia yang beranggotakan 600 orang juga tercatat berkomitmen mendukung Earth Hour. Komunitas pelompat bangunan ini selalu mengakhiri pertemuan dengan mengumpulkan sampah sendiri ataupun yang ada di sekitar.

Juru bicara Parkour Indonesia Muhamad Fadli mengatakan peduli lingkungan adalah satu dari tiga filosofi komunitasnya. "Lingkungan penting untuk kami karena seluruh kegiatan dilakukan di alam."

Langkah kecil, jika dilakukan tiap orang, bisa jadi bola salju menuju perubahan besar. (M-1) miweekend@mediaindo nesia.com

3 komentar:

Intan mengatakan...

Slamat buat GCUI yang telah diberikan kepercayaan untuk turut mensukseskan earth hour.
Tetep smangat buat sluruh anggotanya.
Smoga ttp aktif dan terus berkontribusi demi lingkungan kita tercinta. :D

Green Community University of Indonesia mengatakan...

semangat terus untuk mewujudkan bumi yang lestari!

herlambang mengatakan...

Selamat2..

Panca Caksvindriya

Panca Caksvindriya
GCUI !!! Tahu, Peduli, Beraksi !!!!!

Waktu

Pengunjung

free counters

Sahabat GC